KONDISI GENERASI MUDA ISLAM
By : Sky Gie
Saat ini merupakan sebuah pergulatan zaman yang sangat keras. Sebagai seorang muslim kita banyak menyaksikan para umat islam tenggelam dalam kelalaian dunia dan tertindas oleh kejamnya para manusia pemuja nafsu.
Pengaruh media yang begitu besar menerjang para kaum muda islam untuk menghina islam itu sendiri dengan jalan yang disadari maupun tidak. Apabila ada seorang muslimah memakai jilbab dan berbusana islam, dia dianggap ketinggalan zaman. Al-qur’an tak lagi dibaca dan hanya menjadi pajangan di rumah semata. Nilai moral berkurang akibat pergaulan bebas yang mengakibatkan berbagai hal yang negative bagi perkembangan para generasi muda ; pacaran, hamil di luar nikah, narkoba, dugem, balapan liar, minum-minuman keras, aborsi dan lain sebagainya mulai menjamur menggenang di antara para generasi muda islam saat ini.
Kemudian, banyaknya para generasi muda islam yang mengarahkan hidupnya kearah orang-orang kafir. Gaya hidup mulai berubah. Mereka menganggap hal itu adalah hal yang modern. Gaya hidup yang hedon, berfoya-foya dan menghabiskan waktu untuk materi. Agama tak penting di pandang dan Tuhan hanyalah lambang.
Budaya “ terserah gue “ merajalela pada setiap pemuda-pemudi islam. Hal ini akan meredupkan nilai-nilai islam. Lalu budaya “ itu urusan gue dengan tuhan” menghancurkan sikap dan cara pandang para generasi muda islam. Trend yang sedang up to date masa kini, membuat para generasi muda islam mulai berubah menjadi manusia purba. Dengan baju “ you can see” yang ketat dan celana panjangnya yang “ full press body “ membuat para muslimahnya menjadi hina.
Yang lebih ironisnya adalah, munculnya berbagai istilah-istilah yang dibuat oleh para muda-mudi islam seperti pacaran islami dan jilbab gaul yang sebenarnya adalah sebuah perangkap dalam bahasa yang di islamikan, padahal itu bukan lah sesuatu yang di ajarkan dalam islam. Istilah-istilah halus ini hanyalah sebuah justifikasi untuk menghalalkan yang haram.
Dalam mengisi waktu luang, mereka menghabiskan waktunya untuk suatu yang sia-sia. Pergi dengan pasangan yang bukan muhrim, bermain game, duduk di depan komputer untuk membuka facebook, lalai dengan musik dan sebagainya. Apabila mengikuti pengajian, mereka menghindar jauh dan memberi seribu satu alasan untuk terlepas dari pengajian tersebut. Shalat juga mulai ditinggalkan dan dianggap suatu kewajiban yang sepele.
Aceh, yang merupakan kota serambi mekah dan kota yang dijadikan kota syariat islam tidak terlepas juga dari fenomena-fenomena yang diatas. Sedikit demi sedikit banyak dari generasi muda mulai melepaskan jubah islamnya hanya untuk mengikuti hawa nafsu mereka sendiri.
Banyak pemuda-pemuda islam berpacaran di sekitar kota mahasiswa, Darussalam. Di sepanjang sungai jembatan lamnyong mereka duduk berdua. Juga, ada beberapa muslimah kita yang melepaskan jilbabnya saat pergi ke pasar atau jalan-jalan. Tak jarang juga mereka mengenakan celana pendek yang membuka aurat sendiri. Jika ini dianggap hal yang biasa maka ini akan menjadi suatu kebiasaan.
Komentar
Posting Komentar