Tokoh Anti Islam Perancis: Shalat Jumat Umat Islam Hingga ke Jalanan Seperti Pendudukan NAZI
Marine Le Pen, Putri pemimpin sayap kanan Perancis Jean-Marie Le Pen berada di bawah kecaman hari Ahad kemarin (12/12) karena telah membandingkan umat Islam yang melaksanakan shalat di masjid yang penuh sesak hingga meluber di jalan-jalan di Perancis mirip dengan pendudukan Nazi.
Marine Le Pen mengatakan hal itu pada Jumat lalu dalam sebuah pawai dari Front Nasional anti-imigran yang menyatakan bahwa ada 10 sampai 15 tempat di Perancis di mana umat Islam melaksanakan shalat keluar sampai di jalan-jalan di luar masjid akibat masjid yang penuh sesak dengan jamaah.
"Bagi mereka yang ingin berbicara banyak tentang Perang Dunia II, kalau ini tentang pendudukan, maka kita juga bisa berbicara tentang itu (umat Islam shalat di jalan-jalan), karena tindakan itu mirip pendudukan suatu wilayah," katanya pada pertemuan di Lyon.
"Ini adalah bagian pendudukan wilayah, distrik di mana hukum agama berlaku. Ini adalah pendudukan," katanya dalam pawai yang merupakan bagian dari upayanya untuk mengambil alih pimpinan partai ketika ayahnya mundur pada bulan Januari lalu.
"Tentu saja tidak ada tank, tidak ada tentara tetapi tetap hal itu suatu pendudukan dan mengganggu penduduk setempat," catatnya.
Komentar Marine Le Pen tak ayal akhirnya memicu kecaman dari politisi partai yang berkuasa, partainya Presiden Nicolas Sarkozy dan dari kelompok oposisi sosialis dan kelompok Hijau.
"Ini adalah wajah sebenarnya dari kubu sayap kanan yang tidak berubah sedikit pun, dan Marine Le Pen adalah sama berbahayanya dengan Jean-Marie Le Pen," kata juru bicara Partai Sosialis Benoit Hamon Sabtu lalu.
Jean-Marie Le Pen, yang memiliki beberapa keyakinan rasisme dan anti-Semitisme, mengejutkan Eropa pada tahun 2002 dengan muncul sebagai urutan kedua dalam pemilihan presiden Perancis.
Dewan Iman Muslim Perancis (CFCM) mengatakan Sabtu lalu bahwa komentar Marine Le Pen adalah "penghinaan terhadap Muslim Perancis" dan merupakan hasutan untuk kebencian dan kekerasan terhadap mereka.
Pada hari Ahad kemarin, sebuah kelompok anti-rasis mengatakan pihaknya merencanakan untuk mengajukan gugatan perdata terhadap Marine Le Pen.
"Membandingkan Muslim untuk pasukan pendudukan adalah sangat memalukan. Untuk diperlakukan seperti penjajah, seperti fasis, itu sesuatu yang tidak mungkin," kata Mouloud Aounit, Kepala Gerakan Anti Rasisme dan untuk Persahabatan antarMasyarakat (MRAP).
Distrik kota Paris, Goutte d'Or, di mana masjid sangat penuh pada hari Jumat sehingga menyebabkan para jamaah shalat di jalanan luar, merupakan salah satu area yang menjadi acuan pidato Le Pen di Lyon.
Polisi pada bulan Juni lalu telah melarang sebuah pesat jalanan bertajuk "pesat sosis babi dan anggur" yang direncanakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk memerangi apa yang mereka lihat sebagai "Islamisasi" dari lingkungan mereka.
Rencana tersebut memicu kemarahan dari para politisi dan kelompok anti-rasisme yang mengatakan hal tersebut merupakan tindakan terang-terangan rasis dan dapat menyebabkan kekerasan di jalanan.
Kontroversi itu muncul setelah perdebatan yang disponsori pemerintah mengenai identitas nasional menyoroti kecemasan tentang integrasi lima sampai enam juta muslim Perancis.
Pada hari Ahad kemarin, penduduk lokal di Goutte d'Or mengatakan bahwa mereka juga merasa terganggu atas komentar Le Pen.
"Kebanyakan Muslim merasa terancam. Mereka tidak akan meninggalkan kami sendiri," kata seorang pekerja toko kelontong yang menyebut namanya sebagai Hakim.
"Dengan cuaca dingin dan jalanan yang kotor, kami akan senang jika kami memiliki aula bersih untuk shalat Jumat tapi kami tidak punya pilihan," kata Walid Ben, yang bekerja di toko kain di daerah tersebut.
"Saya mengerti bahwa hal itu mengganggu orang (jika umat Islam shalat di jalan-jalan), tetapi apa solusi yang Marine Le Pen telah ajukan?" ia bertanya. (fq/breitbart)
eramuslim.com
Komentar
Posting Komentar